Bahan tulisan kali ini diilhami perjalanan ke pasar sapi di Jonggol yang buka setiap hari Kamis.
Sapi adalah salah satu ‘barang dagangan’ yang kami lihat bisa menjadi potensi untuk memakmurkan masyarakat tidak mampu di pingggiran kota dimana lahan dan bahan makanannya masih relatif tersedia.Sapi juga kami pilih karena hitungannya sederhana dan mudah kontrolnya. Sebagai contoh sapi di gambar samping pada pagi ini di pasar Jonggol dihargai antara Rp 6 juta – Rp 7 juta ; Delapan bulan lagi ketika sapi tersebut dijual di pasar hewan qurban Jabodetabek harganya akan berada di kisaran Rp 12 juta – Rp 15 juta; Ongkos pemeliharaan, pengangkutan sampai biaya penjualan diperkirakan Rp 3 juta – Rp 4 juta; masih menyisakan hasil Rp 3 juta – Rp 4 juta atau hasil investasi bersih 50% - 57 % dalam 8 bulan. Masih jauh lebih baik dari deposito bukan ?.
Contoh lain adalah sapi yang ada di foto dibawah. Sapi tersebut dibeli di pasar Jonggol pula tiga bulan lalu oleh Pak Haji kenalan saya seharga Rp 14 juta. Delapan bulan lagi ketika sapi tersebut dijual untuk Qurban – Pak Haji yang sudah puluhan tahun menangani sapi ini - mentargetkan laku Rp 36 juta , karena saat itu diperkirakan bobotnya akan mencapai lebih dari 1 ton. Keuntungan kotor 157 % setelah dikurangi biaya pakan dlsb 57% - masih menyisakan keuntungan bersih 100%. Tidak heran pak haji ini memiliki kemakmuran diatas rata-rata, karena dikandangnya di bilangan Jakarta Selatan ada 40 ekor sapi !.
Namun keuntungan yang menggiurkan dan insyaallah berkah ini, tidak serta merta menarik minat masyarakat untuk mengikutinya. Mungkin karena bisnis sapi ini dipandang sebagai bisnis yang kotor dalam arti harfiah – ya pasti kotor lha wong melibatkan kotoran sapi setiap hari! . Meskipun kotor secara fisik, tetapi rezeki yang dihasilkan dari dagang sapi sungguhan yang seperti ini yang sesungguhnya pantas dicari.
Disisi lain sekarang jutaan orang di Indonesia lagi terjangkit kegemaran baru – ‘dagang sapi’ juga – tetapi ‘dagang sapi’ yang sudah diberi makna lain. ‘Dagang sapi’-nya orang gedean yang di dagangin bukan sapi tetapi bisa saja kursi , jabatan ataupun suara rakyat.
Meskipun bisnis mereka bersih secara fisik – karena tempat lobi-nya adalah hotel-hotel mewah atau gedung-gedung ‘lembaga yang terhormat’ – secara syariat bisnis mereka sangat tercela.
Rasulullah SAW-pun sampai mengancam mereka dengan setidaknya dua hadits berikut :
Dari Abu Ya’la, Ma’qil bin Yasra RA, dia berkata : “ Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda : “Setiap hamba yang diberi kekuasaan oleh Allah terhadap rakyatnya, lalu di saat meninggal dunia dia menipu kepada mereka, maka Allah mengharamkannya ke surga””. HR Muttafaq Alaih.
Dari Abu Maryam al-Azdi RA “: sesungguhnya beliau berkata kepada Muawiyah RA : “ Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda : “Barang siapa yang diberi kekuasaan oleh Allah untuk mengurusi sebagian urusan kaum muslimin, lalu tidak memenuhi kebutuhannya, dan tidak mengatasi kefakiran mereka, maka Allah tidak akan memenuhi kebutuhan dan kefakirannya di hari kiamat”, lantas Muawiyah mengangkat seorang laki-laki yang memenuhi kebutuhan mereka.” HR. abu Dawud dan Tirmidzi.
Betapa banyak saat ini orang gedean yang mengobral janji kemakmuran kepada rakyat kebanyakan kayak kita-kita; sehingga mereka kita pilih. Namun setelah kita pilih, seenaknya mereka ‘berdagang sapi’ dengan amanah yang kita berikan tersebut. Kebutuhan kita dan kefakiran kita – yang dijanjikan untuk diatasi – tidak lagi menjadi perhatian mereka setelah mereka terpilih.
Jadi dari dua jenis dagang sapi tersebut diatas , kalau disuruh memilih saya akan pilih dagang sapi yang pertama – biar kotor secara fisik, tetapi insyaallah lebih barakah.
Untuk yang kedua, hanya akan saya pilih kalau mendapatkan pemimpin yang sekiranya bener-bener amanah dan competent dibidangnya – kalau kita meragukan ke-amanahan-nya maupun kompetensinya , namun kita pilih juga; maka sesungguhnya saya kawatir justru menjerumuskan saudara-saudara kita yang calon pemimpin tersebut ke neraka seperti yang diancamkan di dua hadits tersebut diatas – kasihan kan ?. Wallahu A’lam bi Showab.
Namun keuntungan yang menggiurkan dan insyaallah berkah ini, tidak serta merta menarik minat masyarakat untuk mengikutinya. Mungkin karena bisnis sapi ini dipandang sebagai bisnis yang kotor dalam arti harfiah – ya pasti kotor lha wong melibatkan kotoran sapi setiap hari! . Meskipun kotor secara fisik, tetapi rezeki yang dihasilkan dari dagang sapi sungguhan yang seperti ini yang sesungguhnya pantas dicari.
Disisi lain sekarang jutaan orang di Indonesia lagi terjangkit kegemaran baru – ‘dagang sapi’ juga – tetapi ‘dagang sapi’ yang sudah diberi makna lain. ‘Dagang sapi’-nya orang gedean yang di dagangin bukan sapi tetapi bisa saja kursi , jabatan ataupun suara rakyat.
Meskipun bisnis mereka bersih secara fisik – karena tempat lobi-nya adalah hotel-hotel mewah atau gedung-gedung ‘lembaga yang terhormat’ – secara syariat bisnis mereka sangat tercela.
Rasulullah SAW-pun sampai mengancam mereka dengan setidaknya dua hadits berikut :
Dari Abu Ya’la, Ma’qil bin Yasra RA, dia berkata : “ Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda : “Setiap hamba yang diberi kekuasaan oleh Allah terhadap rakyatnya, lalu di saat meninggal dunia dia menipu kepada mereka, maka Allah mengharamkannya ke surga””. HR Muttafaq Alaih.
Dari Abu Maryam al-Azdi RA “: sesungguhnya beliau berkata kepada Muawiyah RA : “ Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda : “Barang siapa yang diberi kekuasaan oleh Allah untuk mengurusi sebagian urusan kaum muslimin, lalu tidak memenuhi kebutuhannya, dan tidak mengatasi kefakiran mereka, maka Allah tidak akan memenuhi kebutuhan dan kefakirannya di hari kiamat”, lantas Muawiyah mengangkat seorang laki-laki yang memenuhi kebutuhan mereka.” HR. abu Dawud dan Tirmidzi.
Betapa banyak saat ini orang gedean yang mengobral janji kemakmuran kepada rakyat kebanyakan kayak kita-kita; sehingga mereka kita pilih. Namun setelah kita pilih, seenaknya mereka ‘berdagang sapi’ dengan amanah yang kita berikan tersebut. Kebutuhan kita dan kefakiran kita – yang dijanjikan untuk diatasi – tidak lagi menjadi perhatian mereka setelah mereka terpilih.
Jadi dari dua jenis dagang sapi tersebut diatas , kalau disuruh memilih saya akan pilih dagang sapi yang pertama – biar kotor secara fisik, tetapi insyaallah lebih barakah.
Untuk yang kedua, hanya akan saya pilih kalau mendapatkan pemimpin yang sekiranya bener-bener amanah dan competent dibidangnya – kalau kita meragukan ke-amanahan-nya maupun kompetensinya , namun kita pilih juga; maka sesungguhnya saya kawatir justru menjerumuskan saudara-saudara kita yang calon pemimpin tersebut ke neraka seperti yang diancamkan di dua hadits tersebut diatas – kasihan kan ?. Wallahu A’lam bi Showab.
Written by Muhaimin Iqbal , Thursday, 26 March 2009 14:43, sumber: geraidinar.com
No comments:
Post a Comment