Kamis, 6 Mei 2010 | 04:15 WIB
Jakarta, Kompas - Pemerintah dinilai tidak mampu mengelola impor daging sapi. Akibatnya, di dalam negeri terjadi kekacauan dalam struktur perdagangan daging dan sapi potong. Saat ini harga sapi potong di pasar dalam negeri anjlok. Harga sapi potong merosot sampai Rp 1,7 juta per ekor.
Menurut Sekretaris Jenderal Perhimpunan Peternak Sapi Kerbau Indonesia (PPSKI) Rochadi Tawaf, Rabu (5/5) di Bandung, Jabar, harga sapi potong dalam negeri anjlok dampak dari tidak terkendalinya impor daging sapi.
Dia menjelaskan, realisasi impor daging sapi sulit untuk diketahui dengan pasti karena data impor yang ada berbeda-beda. ”Padahal, data impor itu yang menjadi basis kebijakan tata niaga sapi potong dan daging sapi di dalam negeri. Data yang berbeda-beda membuat konstelasi perdagangan sapi potong dalam negeri kacau,” ujar dia.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) yang diambil berdasarkan data Pemberitahuan Impor Barang (PIB) Direktorat Jenderal Bea dan Cukai menyebutkan, impor daging sapi tahun 2009 mencapai 110.245,6 ton atau senilai 266,5 juta dollar AS.
Padahal, menurut data realisasi impor yang ada di Kementerian Pertanian hanya 74.700 ton. Dengan demikian, antara data BPS dan data Kementerian Pertanian terdapat selisih data impor sebesar 35.545,6 ton.
Perbedaan data impor BPS dan Kementerian Pertanian juga terjadi 2007 dan 2008. Kementerian Pertanian menyatakan impor daging sapi 2007 sebanyak 64.000 ton, sedangkan data BPS 79.510 ton. Tahun 2008 versi Kementerian Pertanian menyebutkan 70.100 ton, BPS 91.642 ton.
Padahal, data impor daging sapi Kementerian Pertanian menjadi basis pengambilan kebijakan tata niaga daging sapi. Data Kementerian Pertanian juga dipakai untuk merancang cetak biru (blue print) Program Swasembada Daging Sapi 2014.
Ketua Umum PPSKI Teguh Boediyana menegaskan, ia lebih percaya data BPS. Alasannya, data BPS diambil dari PIB, yang memungkinkan semua lalu lintas impor daging sapi terpantau.
”Selama ini pemerintah hanya memerhatikan masalah populasi sapi, tidak memperhitungkan secara cermat kelebihan impor daging yang berdampak pada penurunan harga sapi potong dalam negeri,” kata Teguh.
Menurut Direktur Budidaya Ternak Ruminansia Kementerian Pertanian Fauzi Luthan, penurunan harga sapi potong terjadi sejak awal 2010, dari Rp 25.000 menjadi Rp 20.000 per kilogram sapi hidup. Jika berat sapi potong rata-rata 350 kg, terjadi penurunan harga Rp 1,7 juta per ekor.
”Ini karena pasokan daging sapi melebihi kebutuhan. Tidak ada yang mau beli sapi potong. Mau dijual ke mana sapi mereka (peternak),” kata Fauzi.
Pemerintah, lanjut Fauzi, telah melakukan upaya mengangkat kembali harga sapi potong dengan membatasi impor sapi bakalan. Dengan ini diharapkan harga sapi potong kembali naik.
Rochadi menegaskan, kebijakan membatasi impor sapi bakalan dan membiarkan impor daging sapi adalah keliru.
Menurut Ketua Asosiasi Importir Sapi Thomas Sembiring, turunnya harga sapi potong bisa karena daya beli masyarakat turun. Apalagi, tingkat konsumsi daging sapi di Indonesia relatif rendah, hanya 2,7 kg per kapita per tahun. Dibandingkan dengan negara lain, Indonesia di urutan ke-14 terbawah dalam konsumsi daging sapi. (MAS)
No comments:
Post a Comment